Posted by : ino sasuga Apr 29, 2012

Tahun 2005 aku pindah dari Pesantren Nurul Hidayah ke Ponpes Nurul Falah, tak sempat mampir ke Nurul Arifin (he..he..). Bagi seorang santri, ada perasaan kerdil diri bila mesantren hanya di satu tempat saja. Bukan untuk gaya-gayaan atau bertakabbur. Namun, untuk menambah keilmuan dan sumber ilmu tersebut.


Kita tahu bagaimana sang pendiri madzhab, katakanlah Imam Syafi'i yang memiliki guru ratusan. Bahkan guru kita.


Lebih banyak guru menjadi alasan saya untuk pindah pesantren, saat itu. Apalagi impian saya berguru pada sosok kyai yang lebih tua.


Singkat cerita, saya sampai di lingkungan Pesantren Nurul Falah. Sebelum masuk ke rumah kyai, saya rehat dulu sejenak di rumah tetangga pesantren. Belum nyaman rasa penat saya setelah perjalanan jauh, tiba-tiba saya dikejutkan dengan pertanyaan seorang nenek,
"Dagang apa, Mang?"
Emang stelanku kayak tukang dagang? Ketusku dalam hati.

"Saya nggak jualan, Nek. Mau ikut ngaji sama Mama Baim," jelasku sama nenek itu.

"Ooo... Kirain tukang pakaian?"

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Blog Penulis INO SASUGA - Hataraku Maou-sama! - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -